Aneka hidangan Melayu Kabupaten Kampar di RM Pak Abbas, Pekanbaru - Riau |
“Rendang
adalah makanan terenak di dunia” hasil pooling salah satu media asing ini
memang seperti secercah harapan di dunia kuliner tanah air, yang selama ini
berjuang begitu keras di dunia Internasional melawan dominasi kuliner-kuliner
Negara lain, tak perlu jauh-jauh, kuliner tetangga seperti Thailand, Malaysia
dan Vietnam, lebih dikenal secara Internasional, makanan dan restonya pun lebih
mudah didapatkan di berbagai penjuru dunia, jadi apakah boleh puas dengan hasil
pooling itu? Pertanyaan yang harus dijawab oleh semua pihak yang peduli
terhadap kuliner nusantara.
Dekade
80-an adalah masa dimana rakyat Indonesia mulai terpapar dengan aneka kuliner
asing, di kurun ini berbagai rumah makan asing dan fast food, dari Amerika,
Eropa dan Asia, disini citarasa asing seperti aneka pasta, pizza, fried
chicken, teriyaki dan aneka makanan asing lainnya mulai dikenal, bangga rasanya
saat itu kalau mengunyah pizza dan memesan yakiniku.
“Serangan”
kedua terjadi di millennium ke 3 setelah tahun 2000, kali ini lebih beragam ,
dengan dominasi kuliner Asia yang booming seiiringan dengan alur bisnis dan
sosial serta budaya, makanan seperti Thai, Korea dan Taiwan mulai bermunculan,
dan menjadi pilihan banyak orang, tak sedikit banyak yang membuka bisnisnya
menjajakan Taiwan noodle atau Tteopoki Korea.
Di saat
yang sama penggunaan media sosial begitu maraknya, doa dulu sebelum makan
berganti, foto dan share dulu sebelum makan menjadi hal yang sudah biasa. Kembali
ke pertanyaan di atas, puaskah kita dengan rendang menjadi makanan terenak
sedunia menurut salah satu media, kenyataannya pekerjaan rumah kita masih
sangatlah banyak, dari pelaku industri, koki, operator pariwisata, sampai
pemerintah dan penggemar kuliner nusantara masih banyak sekali yang belum dikerjakan
sehubungan dengan mempopulerkan kuliner nusantara.
Kita,
sebagai tuan rumah, sebagai pihak yang seharusnya paling tahu mengenai kuliner
nusantara ternyata belum banyak mengetahuinya, mungkin kita mengenal pempek
Palembang, rendang minangm gudeg jogja, coto Makassar dan sate lilit Bali,
namun begitu ditanyakan mengenai juhu singkah ala Dayak, kapurung ala Luwu, asam pedas Kepulauan Riau, ebatan Sasak , grombyang Pemalang dan pedesan entog
Indramayu hampir semua menggelengkan kepala tanda tidak pernah mendengarnya,
apalagi merasakan citarasanya.
Hal serupa
dapat dirasakan dalam industri, seperti kurikulum kuliner Nusantara yang masih
terbatas, beberapa institusi pendidikan memang sudah mulai menjadikannya
sesuatu yang layak dan harus diperhatikan, namun sebagian besar masih berpegang
pada “French cookery” sebagai komponen utama pendidikan, lebih biasa dan bisa
membuat saus demi glace dan béchamel dibanding bumbu base genep bali dengan
belasan isi bumbu atau kuah pecak betawi dengan aneka bumbu dapur bakar.
Dibalik
berbagai keterbatasan itu, ada harapan bagi kuliner nusantara, dengan advokasi
berbagai pihak, sekarang kuliner nusantara sedikit demi sedikit mulai
menampakkan “taji” nya, jamuan kenegaraan mulai melirik kekayaan nusantara yang
satu ini, berbagai media pun berlomba memberitakannya, sepertinya tidak sah
sebuah media umum apabila belum pernah membahas kuliner.
Di sini
peran masyarakat secara umum juga menjadi sangat penting , warga mempunya hobi
icip-icip ini adalah duta kuliner sesungguhnnya, kebiasaan penggunaan medsos
yang sangat tinggi di tanah air dapat disalurkan untuk mendukung hal tersebut,
alih-alih hanya mengunggah sebuah foto sate ayam dan bilang “ enak niii”
informasi dan dokumentasi lebih detail bisa dilakukan, penulisan pada blog,
penjelasan lebih lanjut pada akun instagram, youtube, twitter maupun facebook
membuatnya menjadi sesuatu yang layak diperbincangkan, sesuatu yang hits,
menjadi trending topic, yang pada gilirannya membuat meningkatkan awareness dan
demand serta dengan sendirinya diharapkan bisa menjadi bentuk preservasi dari
kuliner tersebut.
Meliput pembuatan ayam bacem Mbah Cemplung di Bantul, DIY |
Salah satu
upaya penting untuk kita semua penggemar kuliner adalah cerdaskan lidah kita,
kembangkan wawasan citarasa dengan tidak segan mencoba jenis kuliner nusantara
baru dari seluruh Indonesia, saat makan di luar, saat travelling atau dinas ke
luar kota, sempatkan cari informasi mengenai makanan khas yang ada, icip dan
“liput” , bagikan pada “dunia” melalui saluran-saluran yang dipunyai, dari
twitter sampai grup Whats App bisa dimanfaatkan puluhan sampai ribuan orang
akan terpapar informasi baru mengenai kuliner nusantara, 1 persen yang kemudian
mencobanya pun menjadi penting, menjadikannya sesuatu yang menarik untuk
diperbincangkan.
Mengenai
kulinernya sendiri, ada banyak sekali kota dan daerah yang masih bersifat
“hidden gem” sebuah kekayaan tersembunyi yang sebetulnya sangat layak kita
jelajahi , seperti Kalimantan Tengah, berbagai kuliner khas Dayak dapat kita
nikmati di sini, di Ibukota propinsi Palangkaraya pun aneka juhu (sayur rebus
dayak) dengan isian eksotis seperti singkah enyuh (umbut kelapa) dan singkah
uwei (umbut rotan) dapat kita nikmati, juga berbagai kandas (sambal ala dayak).
Di Toraja, dua masakan popular di sana adalah pamarassan, makanan yang menggunakan kluwek (lokal menyebutnya pamarassan) dengan isian ikan mas, lendong (belut) atau protein lainnya dipadu dengan lada katokkon (cabai lokal yang pedas) serta kalokko (kulit kluwek) juga bisa dicoba pa’piong cara masak bakar di bambu dengan isian ayam, ikan mas dll, menggunakan herba lokal utan bulunangko (daun miyana) yang aromatik. Bergeser ke Madura ada kuliner bernama urap alur, urap sayur namun menggunakan tumbuhan mangrove bernama alur yang khas dan unik teksturnya , juga aneka nasi Madura seperti nasek jagung, nasek jejen, nasek serpang yang sulit ditemui di luar Pulau Madura, nah tunggu apa lagi, kita bisa menjadi “duta” kuliner nusantara.
Di Toraja, dua masakan popular di sana adalah pamarassan, makanan yang menggunakan kluwek (lokal menyebutnya pamarassan) dengan isian ikan mas, lendong (belut) atau protein lainnya dipadu dengan lada katokkon (cabai lokal yang pedas) serta kalokko (kulit kluwek) juga bisa dicoba pa’piong cara masak bakar di bambu dengan isian ayam, ikan mas dll, menggunakan herba lokal utan bulunangko (daun miyana) yang aromatik. Bergeser ke Madura ada kuliner bernama urap alur, urap sayur namun menggunakan tumbuhan mangrove bernama alur yang khas dan unik teksturnya , juga aneka nasi Madura seperti nasek jagung, nasek jejen, nasek serpang yang sulit ditemui di luar Pulau Madura, nah tunggu apa lagi, kita bisa menjadi “duta” kuliner nusantara.
Tulisan untuk Majalah Martha Stewart Living Indonesia
Yaaa Olloh ... liat foto pertama itu nikmat mana yg kau dustakan !!!!!!! Endesss bikin ngilerrrrr
ReplyDeletebingung ya mau mulai dr mana dulu, saran aku cemil ayam dan udang gorengnya :D
Deletembah cemplung skrg cabangnya ada di jalan kabupaten, selatan jambon resto di daerah jalan Godean ^_^
ReplyDeleteAssalamualaikum Wr. Wb.
ReplyDeleteWhatsApp Only::::{+33753893351}
Email:::::::::{aditya.aulia139@gmail.com}
{iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com}
Nama saya Aditya Aulia saya mengalami trauma keuangan karena saya ditipu dan ditipu oleh banyak perusahaan pinjaman online dan saya pikir tidak ada yang baik bisa keluar dari transaksi online tapi semua keraguan saya segera dibawa untuk beristirahat saat teman saya mengenalkan saya. untuk Ibu pada awalnya saya pikir itu masih akan menjadi permainan bore yang sama saya harus memaksa diri untuk mengikuti semua proses karena mereka sampai pada kejutan terbesar saya setelah memenuhi semua persyaratan karena permintaan oleh proses saya bisa mendapatkan pinjaman sebesar 350jt di rekening Bank Central Asia (BCA) saya saat saya waspada di telepon saya, saya tidak pernah mempercayainya, agaknya saya bergegas ke Bank untuk memastikan bahwa memang benar ibu kontak sekarang mengalami terobosan pemanasan jantung dalam kehidupan finansial Anda melalui apakah itu BBM INVITE-nya: {D8980E0B} atau apakah kamu ingin mengkonfirmasi dari saya? Anda bisa menghubungi saya melalui surat saya: {aditya.aulia139@gmail.com} dan juga Anda bisa menghubungi perusahaan CREDIT UNION DAYA LESTARI via: {mail:iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com}